Fakta tentang Babi

Domestikasi babi sudah dilakukan di Cina pada 7.000 tahun silam. Babi diternakan dan disembelih dengan berbagai cara sesuai tradisi dan teknologi yang ada. Di Indonesia sendiri, babi sudah lama dipelihara sejak sebelum agama Islam dan Kristen masuk. Walaupun begitu, varietas babi asli Indonesia adalah Babi hutan yang saat ini masih berkeliaran di Indonesia. Babi yang diternak saat ini umumnya adalah spesies babi dari negara lain atau jenis babi yang disilangkan. Varietas babi unggul yang terkenal sebagai babi asli Indonesia salah satunya adalah Babi Bali. Babi yang diternakkan di Indonesia saat ini awalnya didatangkan dari Tiongkok dan disilangkan dengan babi liar Indonesia.


Kalau ada yang tanya, “Apakah Babi tidur dan berkubang dalam kotoran sendiri dan babi itu kotor?“, jawabannya adalah, “itu semua stereotip yang disebabkan oleh peternakan yang buruk“. Di alam bebas, babi liar tidak tidur dan berkubang dalam kotoran sendiri, dan mereka makan tanaman. Babi, badak, kudanil, dan beberapa hewan mamalia suka berkubang di lumpur karena mereka tidak punya kelenjar keringat untuk mendinginkan tubuhnya. Hmm..., tapi beberapa sumber menggunakan kata "punya sedikit". Di peternakan yang jorok dan sempit, apalagi banyak isinya, kecenderungan seperti ini jadi makin tidak terhindarkan. Padahal babi liar sebenarnya tidak akan mau berkubang di kotorannya sendiri. Mereka bahkan memisahkan tempat buang air, tempat makan, dan tempat tidurnya.

Selain fakta yang saya sebutkan di atas, ada beberapa fakta lain terkait dengan babi. Fakta-fakta tersebut yaitu :
  1. Babi termasuk hewan omnivora yang makanannya sekitar 90 % adalah tumbuhan.  Walaupun begitu, babi juga bisa jadi karnivora oportunis. Ini terbukti dengan kasus pembunuhan dan beberapa kasus kematian yang melibatkan babi. Salah kasus pembunuhan yang dipercaya melibatkan babi dan peternaknya adalah kasus Robert Pickton. Kasus lain bisa kalian search sendiri di google.
  2. Cacing pita pada babi beda dengan cacing pita pada sapi. Cacing pita pada babi adalah Taenia solium dan taenia asiatica, sedangkan yang ada pada sapi adalah Taenia saginata.  Keduanya menyebabkan taeniasis. Tapi, cacing pita pada sapi tidak bisa menyebabkan sistiserkosis pada manusia, walaupun tetap bisa terjadi pada sapi. Penyakit sistiserkosis yang ada pada manusia disebabkan cacing pita Taenia solium pada babi. Selain jenis tersebut, ada beberapa macam cacing pita yang lebih banyak ditemukan pada anjing, dan sebagiannya ada pada kucing, tapi tidak memberikan dampak pada manusia. Mungkin pengecualiannya adalah Taenia serialis, walaupun dengan kasus yang sangat langka karena hanya bisa masuk lewat air yang terkena kotoran kucing atau anjing.
  3. Kasus penularan cacing pita terbesar lewat daging babi yang pernah terjadi di Indonesia terjadi di Papua. Ini karena mereka masih menggunakan batu panas untuk memanggang babi dalam budaya barapen. Padahal, cacing pita pada babi diperkirakan baru mati pada suhu sekitar 65 derajat celcius lebih. Belum lagi penularan lewat sisa kotoran manusia.
  4. Babi punya leher, hanya saja batasnya secara visual tidak sejelas hewan lain. Babi biasanya tidak disembelih dengan dipotong lehernya. Saat ini, pemotongan babi (secara masal) lebih banyak dilakukan dengan penyeteruman sebelum ditusuk jantungnya atau disayat dari bagian tenggorokan ke bagian dekat jantung. Cara yang lebih tradisional relatif berbeda di tiap daerah sesuai tradisinya.
  5. Walaupun organ babi sering digunakan untuk penelitian transplantasi pada manusia lewat modifikasi genetik, kenyataannya hewan yang lebih mirip DNA-nya dengan manusia adalah simpanse dan tikus.
  6. Kasus kematian babi di peternakan umumnya disebabkan oleh Hog Cholera dan Flu Babi. Pada akhir tahun 2019 hingga awal 2020 cukup banyak babi yang mati di beberapa daerah Indonesia.
  7. Beberapa negara punya cara pemeliharaan dan penyembelihan yang cukup unik dan ada juga yang cukup jorok. Salah satunya adalah pemeliharaan babi hitam di Jeju. Di Jeju, babi ini telah lama diternakkan di dalam kandang tradisional yang berhubungan dengan pelimbahan kotoran manusia. Dengan cara ini, babi berperan sebagai pemakan kotoran tersebut. Cara ini konon membuat daging babi hitam ini memiliki rasa yang unik. Tapi, tentu saja tidak semua peternakan sama cara pemeliharaannya.
  8. Penyakit-penyakit lain yang sering muncul setelah mengkonsumsi babi adalah Yersinia, Kanker hati, sirosis, dll. Tapi, kemunculan penyakit-penyakit tersebut masih tergantung cara pemasakan, cara pemeliharaan, dan imunitas pemakannya. Soal mau memakan atau tidak, itu hak masing-masing.
Dalam agama Islam, babi memang diharamkan. Tapi, tidak ada dasar yang menyebutkan alasan pelarangannya. Sayangnya, banyak umat Islam yang melakukan cocoklogi berlebihan antara agama dengan sains. Ada atau tidaknya fakta tersebut seharusnya tidak dikait-kaitkan dengan larangan yang tujuannya sebagai bukti keimanan dan ketaatan sebagai umat beragama. Sadar atau tidak, cocoklogi agama dengan sains bisa saja jadi bumerang suatu saat nanti jika ada bantahan atau pengecualian terkait teori atau hasil penelitian yang sudah ada.

Ngomong-ngomong, soal penyetruman, ide awal penyetruman untuk membunuh manusia dilakukan di Amerika sebagai ganti hukuman gantung. Ini direncanakan berdasarkan usulan dan rancangan seorang dokter gigi pada tahun 1881. Ini baru berhasil dieksekusi pada tahun 1889 dengan bantuan alat dari perusahaan Thomas Alva Edison, walaupun terpidana mati tersebut masih terbakar dan merasa kesakitan sebelum alat eksekusi "diperbaiki".

Hukuman kursi listrik diharapkan bisa memberikan hukuman yang lebih manusiawi karena hukuman gantung butuh waktu lebih dari sepuluh menit. Faktanya, itu tetap jadi hukuman yang menyiksa hingga akhirnya digantikan dengan hukuman suntik mati. Tapi, tetap saja, faktanya hukuman suntik mati tidak membunuh terdakwa secara langsung, dan bahkan menyebabkan sesak nafas atau gejala lain sebelum kematian.

Penggunaan setruman untuk membuat hewan pingsan saat ini digunakan karena itu diklaim lebih manusiawi, eh... atau mungkin lebih tepat disebut hewani. Tapi, entahlah...

Sumber :
  1. https://historia.id/kultur/articles/b2-batak-dan-babi-vJjnb
  2. https://www.tagar.id/asal-mula-babi-jadi-konsumsi-dalam-adat-batak
  3. https://www.healthline.com/nutrition/is-pork-bad#section4
Berikutnya
« Prev Post
Sebelumnya
Next Post »