Hubungan seksual yang dilakukan oleh heteroseksual bisa berupa petting, oral, anal, atau vaginal. Saya akan membahas definisi singkat masing-masing aktivitas seksual tersebut sebatas sebagai pengetahuan. Tapi, poin utama dari postingan ini sebenarnya hanya terkait dengan resiko anal sex.
Sekilas Pengetahuan Tentang Jenis Aktivitas Seksual
Oral sex adalah hubungan seksual dengan mulut ke alat kelamin pasangan yang biasanya dilakukan saat foreplay atau permainan awal. Oral sex yang dilakukan pada alat kelamin pria disebut cunnilingus. Oral sex yang dilakukan dengan menjilat alat kelamin wanita disebut fellatio. Ketika dilakukan bersamaan, sebutan untuk aktivitas tersebut adalah 69. Oral sex termasuk bagian dari petting. Petting adalah aktivitas seksual yang hanya dilakukan dengan sentuhan dan rabaan.
Anal sex adalah aktivitas seksual yang melibatkan penetrasi ke anus. Ini lebih sering dilakukan pasangan homoseksual laki-laki. Pasangan heteroseksual mungkin saja melakukan anal sex walaupun mungkin jarang yang terpikir untuk melakukannya. Lesbian mungkin saja melakukannya, tentunya dengan alat bantu.
Vaginal sex adalah aktivitas seksual melibatkan penetrasi atau keluar masuknya alat kelamin laki-laki ke alat kelamin perempuan. Aktivitas seksual jenis ini dinilai sebagai aktivitas seksual yang paling wajar dilakukan. Secara umum, vaginal sex dilakukan dengan cara yang sama dan hanya berbeda posisinya; entah itu disebut doggy, missionary, spoon, astrid, dll. Saya tidak akan membahas detail caranya karena mungkin itu akan dianggap jorok dan tabu.
Vaginal atau hubungan seks tentu saja hanya mungkin dilakukan ketika salah satu pasangan adalah perempuan. Sebaliknya, oral sex dan anal sex secara umum bisa dilakukan oleh homoseksual ataupun heteroseksual, entah dengan alat kelamin laki-laki atau alat bantu. Ini mungkin salah satu alasan kenapa hubungan laki-laki homoseksual lebih sering dipermasalahkan dibandingkan dengan lesbian yang kecil kemungkinan untuk melakukan anal sex.
Resiko Penyakit Kelamin pada Anal Sex
Beberapa penelitian menyebutkan anal sex bisa mempercepat penularan penyakit klamidia, gonorrhea, herpes, hepatitis, parasit usus, HIV, HPV, dan sipilis. Secara umum, semua aktivitas seksual sebenarnya memungkinkan penularan penyakit kelamin. Hal itu bisa diminimalkan dengan menjaga kebersihan alat kelamin dan menggunakan alat kontrasepsi. Walaupun begitu, ada beberapa resiko yang hanya dimiliki oleh anal sex yang tidak bisa dihindari hanya dengan menjaga kebersihan.
Berbeda dengan vagina yang memiliki pelumas alami, anus tidak memiliki pelumas alami. Gesekan di anus bisa menyebabkan iritasi dan luka. Karena lukanya ada di dalam anus, pengobatannya tentu saja akan berbeda dengan luka di kulit bagian luar. Ada yang bilang ini bisa diminimalkan dengan pelumas buatan. Saya sendiri tidak mau berdebat soal ini karena saya hanya menyampaikan fakta terkait resiko dari anal sex yang tidak menggunakan pelumas buatan.
Anus juga merupakan jalan keluar kotoran dengan beberapa bakteri yang bisa mengakibatkan penyakit pencernaan. Bisa dibayangkan bagaimana jika setelah alat kelamin laki-laki masuk anus dan kemudian dimasukkan ke mulut? Selain itu, perpindahan penis dari anus ke vagina bisa saja membawa kotoran ke uretra di sebelahnya yang bisa menyebabkan infeksi saluran kencing.
Resiko lain dari anal seks adalah melemahnya otot di anus sehingga tidak bisa menahan kotoran dengan baik. Anus dikelilingi oleh otot yang berbentuk cincin (anal sphincter) yang akan mengencang setelah buang air besar. Namun, anak seks yang dilakukan berulang-ulang bisa memperlemah otot-otot tersebut.